ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bagian ini merupakan pembahasan untuk menjawab pertanyaan dari mana asal usul pengetahuan? Dengan kata lain, kita ingin menjawab pertanyaan bagaimana pengetahuan itu lahir ? Kalau suatu pagi ada sebuah mobil berwarna merah lewat di depan rumah saya, dan saya mengatakan bahwa saya melihat mobil berwarna hijau, bagaimana ceritanya sampai saya tahu bahwa ada mobil berwarna hijau lewat di hadapan saya? Ada berbagai cara menjelaskan hal itu. Rena Descartes, inisalnya, akan memberikan jawaban yang glain dan John Locke, inisalnya. Locke memberikan jawaban berbeda dengan Henri Bergon. Dan inilah yang coba dibahas dalam bab ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sebenarnya asal usul pengetahuan itu ?
2. Apakah Yang dimaksud dengan hakikat kebenaran ?
3. Bagaimana dengan kebenaran ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal Usul Pengetahuan
Secara garis besar, ada lima jawaban terhadap pertanyaan tentang asal usul pengetahuan manusia, yakni rasionalisme, empirisme, fenomenalisme Kant, intuisionisme, dan metode ilmiah. Berikut pembahasan tentang setiap aliran secara singkat.
a. Rasionalisme
Tokoh-tokohnya kebanyakan para filusuf abad pertengahan, seperti Agustinus, Johanes Scotus, Avicenna, dan para filusuf modern seperti Rene Descartes, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel. Plato juga termasuk kelompok ini, Juga GaliIeo Galilei dan Leonardo da Vinci.
Rasionalisme mengajarkan bahwa asal usul pengetahuan ialah rasio. Para penganut rasionalisme tidak menyangkal peran indra, tetapi mengatakan bahwa peran indra sangat kecil. Yang lebih aktif justru rasio. Mereka mengatakan, pengetahuan manusia sebetulnya sudah ada lebih dulu dalam rasio berupa kategori-kategori. Ketika indra menangkap obyek, maka obyek-obyek yang ditangkap itu hanya dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu dalam rasio. Jadi, menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap bagi akal.
Plato membedakan pengetahuan indrawi dan pengetahuan ideal. Pengetahuan indrawi lewat pancaindra, katanya, bukan pengetahuan yang sebenamya. Itu tidak lebih dan hanya kesan-kesan yang bersifat sementara karena menyangkut kejadian-kejadian yang senantiasa berubah. OIeh sebab itu apa yang ditangkap itu tidak mencerininkan kenyataan yang sebenamya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan rasio karena menyangkut dunia idea yang bersifat tetap. Ajaran ini berkaitan dengan dua dunia yang diajarkan Plato, yakni dunia idea dan dunia materi. Materi, menurut dia, hanyalah pencerininan dan dunia idea.
b. Empirisme
Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Berkeley, David Hunie. Sedikit banyaknya Goethe dan kaum positivis seperti August Comte juga dapat dimasukkan ke dalam atiran empirisme. Para penganut aliran empirisme tentu saja menentang kaum rasionalis yang begitu memberikan tempat dan peranan bagi akal dalam proses Iahimya pengetahuan. Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh lewat pengalaman. Peran rasio dalam pengetahuan kecil saja. Yang lebih menentukan adalah pengalanman indra. Akal hanya merupakan tempat penampungan yang secara pasif menerima apa yang diterima indra. John Locke, filsuf Inggris, inisalnya menyebut manusia dengan tabula ram (papan yang kosong). Di atas papan yang kosong itulah dicatat pengalaman-pengalaman yang masuk lewat indra.
Perlu dikemukakan lagi di sini bahwa para empiris sama sekali tidak menolak peran rasio dan proposisi-proposisi logik serta matematis. Mereka memang mengakui bahwa kebenaran dan proposisi-proposisi logika dan matematik memang tak dapat diragukan. Mereka hanya menegaskan bahwa yang lebih doininan dalam proses lahimya.
c. Fenomenalisme Kant
Ajaran ini dikemukakan oleh Immanuel Kant, seorang filusuf Jerman. Dia berusaha mendarnaikan pertentangan antara empirisme dan rasionalisme. Menurut Kant, dalam proses pengetahuan unsur rasio dan indra sama-sarna berperan. Tidak mungkin yang satu bekerja tanpa yang lain. Indra hanya memberikan data, yakni warna, cita rasa, bau dan lain-lain. Untuk mempunyai pengetahuan ( menghubungkan hal-hal itu) kita harus keluar atau menembus pengalaman. Pengetahuan terjadi dengan menghubung hubungkan, dan ini dilakukan oleh rasio. Menurut Kant, pengetahuan hanya bisa terjadi oleh ken asama antara pengalaman indra dan akal budi.
d. Intuisionisme
Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, seorang filsuf Prancis. Bergson membedakan pengetahuan atas pengetahuan diskursif dan pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analitis, dan diperoleh melalui perantara dan simbol. Pengetahuan seperti ini dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi, ini merupakan pengetahuan tidak langsung. Kalau saya menceritakan pèngalaman saya, maka saya menggunakan bahasa. Jadi, pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini bersifat tidak Iangsung.
Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat langsung, sebab tidak dikomunikasikan meialui media simbol. Pengetahuan ini diperoleh lewat intuisi, pengalarnan Iangsung orang yang bersangkutan. Jelas, pengetahuan seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirkan pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi orang yang mengalaininya.
Menurut intuisionisme, pengetahuan yang lengkap hanya diperoleh lewat intuisi, yakni penglihatan langsung. Path pengalaman itu orang seperti melihat kilatan cahaya yang memberikan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu secara tuntas. Jadi, ini merupakan pengetahuan lengkap, sedangkan pengetahuan diskursif bersifat nisbih dan parsial.
e. Metode Iliniah
Ini digunakan oleh para ilmuwan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu. Metode ilmiah biasanya terdiri dan unsur-unsur berikut:
1. Sejumlah pengamatan (pengalaman) yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah.
2. Hipotesa untuk penyelesaian yang berupa saran. ini bersifat sementara dan perlu diverifikasi lebih lanjut. Dalam hipotesa, kebenaran masih bersifat probabilitas (kemungkinan). Kegiatan akal bergerak keluar dan pengalaman, mencani suatu bentuk untuk menyusun fakta-fakta dalam kerangka tertentu. Hipotesa dilakukan melalui penalaran induksi, dan memuat kalkulasi dan deduksi.
3. Eksperimentasi: ini merupakan kajian terhadap hipotesa. Hipotesa yang kebenarannya dapat dibuktikan dan diperkuat.dinamakan hukum. Sedangkan, di atas hukum terdapat teori.
Jadi, unsur utama dalam metode ilmiah ialah penggunaan akal, pengalaman, dan hipotesa. Kalau kelima macam jawaban di atas dipadatkan, maka kita temukan dua kelompok besar, yakni intuisi di satu pihak. dan rasionalime-empirisme-knitisime-metode ilmiah di pihak lain. Semuanya berusaha untiik menjelaskan lahimya atau asal usul pengetahuan.
2. Hakikat Pengctahuan
Dalam pembahasan di Bab II (Apa liu Pengetahuan) dikemukakan bahwa pengetahuan adalab kemanunggalan antara subyek dan obyek. Disitu dibahas secara umum tentang apa saja yang merupakan unsur-unsur pengetahuan. dan bagaimana interaksi di antara unsur-unsur tersebut. Tapi, kita masih belum mengetahui dengan jelas hakikat pengetahuan. Dan pembahasan tentang asal-usul pengetahuan di atas, sebetulnya dapat diketahui pula hakikat pengetahuan. Bagi para penganut empirisme, inisalnya. hakikat pengetahuan adalah pengalaman indra. Para rasionalis tentu saja menjawabnya lain. Jawaban atas pertanyaan tentang hakikat pengetahuan dibenikan oleh aliran idealisme, empirisme, positivisme, dan pragmatisme. Berikut uraian setiap aliran secara ringkas.
1. Idealisme
Para penganut aliran idealis,me berpandangan bahwa pengetahuan adaLah proses­ proses mental dan psikologis yang bersifat subyektif. OIeh karena itu, pengetahuan tidak lain merupakan gambaran subyektiftentang suatu kenyataan. Menurut mereka, pengetahuan tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kenyataan yang berada di luar pikiran manusia.
2. Empirisme
Tentang asal usul pengetahuan para penganut a1frn ini mengatakan bahwa pengetahuan berasal dan pengalaman indra. Tentang hakikat pengetahuan, mereka mengatakan bahwa pengetahuan adalah pengalainan. Seorang tokoh empirisme radikal adalah David Hume. Dia berpendapat bahwa idea-idea dapat dikembalikan kepada sensasi-sensasi (rangsang indra). Pengalanian merupakan ukuran terakhir dan kenyataan. Apa yang dialaini, itulah pengetahuan.
3. Positivisme
Kalau idealisme dapat dianggap sebagai Icelanjutan dan rasionalisme, maka positivisme merupakan perpanjangan dan empirisme. Para penganut aliran ini menolak kenyataan di luar pengalaman. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan yang berdasarkan dogma hams digantikan pengetahuan yang berdasarkan fakta.
4. Pragmatisme
Tokoh-tokoh aliaran ini antara lain William James, John Dewey, dan C.S. Pierce. Menunt aliran ini, hakikat pengetahuan terletak dalam manfaat praktisnya bagi kehidupan. Pengetahuan adalah sarana bagi perbuatan. C.S.Pierce mengatakan bahwa yang penting adalah pengaruh sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah rencana. Nilal sebuah pengetahuan tergantung pada penerapannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat. Suatu pengetahuan itu benar bukan karena ia mencerininkan kenyataan obyektif, melainkan karena Ia bermanfaat bagi umum. Menurut William James, ukuran kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya. Seclangkan John Dewey menegaskan tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, tapi sejauh mana pengetahuan memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat.

3. Apa Itu Kebenaran?
Telah dikatakan bahwa manusia bukan tidak sekedar ingin tahu, tetapi ingin tahu kebenaran. Ia ingin meiniliki pengetahuan yang benar Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Inilah kebenaran obyektif Seperti dikatakan Poedjawijatna. pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif.
Kalau saya mengatakan bahwa di luar sedang hujan, proposisi itu benarjika apa yang saya katakan memang sesuai dengan fakta. Jadi, ketika saya rnengucapkan kalimat itt, hujan sedang turun. Kalau hujan tidak turun, apalagi sedang panas terik, maka proposisi itu tidak benar.
1. Tiga Jenis Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran, yakni kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis, dan kebenaran semantik. Kebenaran epistemologis berkaitan dengan pengetahuan, kebenaran ontologis berkaitan dengan hakikat sesuatu, dan kebenaran semantik berkaitan dengan tutur kata atau bahasa. Di bawah ini diuraikan secara singkat setiap jenis kebenaran.
a. Kebenaran Epistemologis
Disebut juga kebenaran logis.. Yang dipersoalkan di sini ialah apa artinya pengetahuan yang benar? Atau, kapan sebuah pengetahuan disebut pengetahuan yang benar? Jawabannya: bila apa yang terdapat dalam pikiran subyek sesuai dengan apa yang ada dalam obyek.
b. Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dan obyek. Misalnya, kita mengatakan batu adalah benda padat yang keras. ini sebuah kebenaran ontologis, sebab batu pada hakikatnya merupakan benda padat yang sangat keras. Maiusia yang benar adalah manusia yang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya
c. Kebenaran Semantik
Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. ini tergantung pada kebebasan manusia sebagai makiuk yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa merupakan ungkapan dan kebenaran.
2. Teori-teori Kebenaran
Ada tiga teori utama tentang kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi, dan pragmatis. Berikut diuraikan secara ringkas ketiga teori tersebut.
a. Teori Korespondensi
Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi benar kalau proposisi itu sesuai dengan fakta. Kalau saya mengantakan bahwa saiju berwarna putih, pernyataan itu benarjika fakta menunjukkan bahwa saiju berwarna putih. Teori ini dianut terutaina oleh kaum idealis, seperti F.H. Bradley. Harap diingat, bahwa definisi tentang kebenaran yang dikemukakan di depan, pada dasarnya merupakan teori korespondensi. Teori ini diterima oleh kalangan luas.
b. Teori Koherensi
Para pengarkut teori koherensi mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar. Karena sifatnya deinikian, teori ini mengenal tingkat-tingkat kebenaran. Di sini derajat koherensi merupakan ukuran bagi deraja’d kebenaran. Tetapi teori ini punya banyak kelemahan dan mulai ditinggalkan. Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren, tetapi kita tidak menganggap astrologi benar.
c. Teori-teori Pragmatis
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu proposisi benarjika dilihat dan realisasi proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya tergantung pada konsekuensi. Kebenaran, kata Kattshoff, merupakan gagasan yang benar dan dapat dilaksanakan dalam suatu situasi. Jadi, kata kunci untuk teori-teori pragmatis ialah “dapat dilaksanakan” dan “berguna”. Jadi, para penganut teori itu mengatakan bahwa benar-tidaknya sesuatu bergantung pada dapat-tidaknya proposisi itu dapat dilaksanakan, dan apakah proposisi itu berguna.
3. Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang keilmuan yakni metodologi ilmiah.Teori manakah yang berlaku bagi kebenaran ilmiah? Path kebenaran ilmu-ilmu alam berlaku teori korespondensi, sedangkan pada kebenaran ilmu-ilmu manusia terlaku teori koherensi.
Pada ilmu-ilmu alam, fakta obyektif mutlak diperlukan untuk membuktikan setiap proposisi atau pemyataan. Oleh sebab itu, kebenaran adalah kesesuaian antara proposisi dan fakta obyektif. Sebaliknya, pada ilmu-ilmu manusia, yang dituntut ialah konsistensi dan koherensi antarproposisi.
Kebenaran ilmiah bersifat obyektif dan universal. Bersifat obyektif, artinya kebenaran sebuah teori ilmiah (atau aksioma dan paradigina) harus didukung oleh kenyataan obyektif (fakta). Itu berati, kebenaran ilmiah tidak bersifat subyektif. Kebenaran ilmiah bersifat universal sebab kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dan para ilmuwan di bidangnya. Hanya dengan demikian, kebenanan ilmiah dapat dipertahankan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tidak ada penjelasan tunggal tentang asal usul pengetahuan. Alirana-aliran itu antara lain rasionalisme, empirisme, fenomenalisme Kant, dan intuisionisme. Selain itu proses lahimya pengetahuan juga dapat dijelaskan menurut metode ilmiah., Tetapi pada dasarnya kita dapat meneriina bahwa rasio dan indra manusia sama-sama berperan dalam pembentukan pengetahuan. Apa yang dikemukakan Immanuel Kant adalah usaha untuk mendamaikan pertentangan pandangan rasionalisme dan empirisme.
Kebenaran merupakan tujuan dan setiap pengetahuan dan ilmu. Kebenaran yang dituju oleh ilmu ialah kebenaran ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

(All Mudhofir, dalam Filsafat Ilmu, 25-26)
(Tim UGM, 121-123).
Prof.Dr G.Nuchelmans, Filsafat Pengetahuan. dalam Berpikir Secara Kefilsafatan, 89-90

About Admin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:


Top